sumber dr blog~
http://resepirahsiaku.blogspot.com/
Semua orang mempunyai hutang. Hutang kepada bank atau kepada kawan-kawan. Sekiranya kita tidak membayar hutang masa hidup di dunia, kita mungkin tak dapat masuk ke syurga Allah SWT. Walaupun amalannya sebanyak manapun dia terpaksa tungggu di luar pintu syurga. Itu yang aku dengar semasa tazkirah dari seorang Ustaz. Ini membuat aku sungguh takut dan risau sekiranya mati, meninggal hutang keliling pinggang.
Semuga Allah SWT memudahkan hidupku dan aku dapat membayar segala hutang kepada bank, kawan-kawan dan terutama kepada Allah SWT yang paling aku banyak berhutang selepas akil baligh iaitu tinggal sembahyang 5 waktu, puasa dan tak terkira banyaknya.
Semuga niat aku dimakbulkan oleh Allah SWT dimana azam tahun ini menyelesaikan segala hutang di dunia dan hutang kepada Allah SWT akan ku buat yang terdaya. Semuga dengan artikel dari Majlis Rasullulah ini kita mendapat pengajaran tentang hutang kepada Allah SWT.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْوَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ أَفَأَقْضِيهِ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَدَيْنُ اللَّهِأَحَقُّ أَنْ يُقْضَى
(صحيح البخاري)
Dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhumaa : Datang seseorang pada Nabi saw dan berkata : Wahai Rasulullah (saw), Sungguh ibuku wafat dan ia mempunyai hutang puasa satu bulan, apakah aku membayarnya untuknya?, sabda Rasulullah saw : “Betul, dan Hutang pada Allah (swt) lebih berhak untuk ditunaikan” (Shahih Bukhari)
Limpahan puji kehadirat Allah Swt Maha Penguasa jagat raya semesta, Maha Melihat kepada semua makhluk-Nya yang terbesar dari planet – planet yang sangat luas dan besar hingga Arsy -Nya dan Lauhul Mahfudz beserta 7 lapis langit sampai butiran sel terkecil, sampai makhluk- Nya yang terkecil dan bahkan seruan dari doa haiwan – haiwan kecil bagaikan semut pun, doa mereka didengar oleh Allah Swt. Maha Mengetahui gerak – gerik hamba-Nya yang terlihat dan tidak terlihat, Maha Mengatur kehidupan mereka dengan pengaturan yang paling sempurna, dengan pengaturan Ilahiyyah Yang Maha Mulia dan Maha Sempurna mengatur kehidupan alam semesta.
Bagi keturunan Adam kehidupan dunia bukanlah akhir dari kehidupan, Kehidupan dunia adalah pembuka menuju kehidupan setelah kehidupan, Kehidupan setelah kematian ini yang akan muncul sebagai kehidupan yang kekal, Kehidupan yang diawali dengan perjumpaan dengan Rabbul Alamin, Maka ketahuilah setiap nafas kita adalah satu langkah menuju perjumpaan kepada Allah, menuju hari perjumpaan dengan Allah Swt. Hari dimana manusia harus berhadapan dengan Rabbul Alamin dan saat itu semakin dekat dan tidak bisa diundur – undur terkecuali semakin dekat.
“ya ayyuhal insanu, innaka kaadihun ilaa rabbika kadhan famulaaqiih..” (QS Al Insyiqaq 6 ) Wahai manusia kalian telah berusaha dengan susah payah kepada Tuhan-Mu dan kau akan berjumpa dengan Allah. Hadits ini adalah “tahdziiran lil musrifiin waddholimin wattabsyiiran lilmukminin wasshalihin”
ayat ini merupakan teguran dan peringatan bagi orang – orang yang dhalim bahwa apapun yang mereka perbuat di muka bumi ini, mereka akan sampai kehadirat Allah Yang Maha Tidak Bisa Tersembunyi dari segala hal, yang semua perbuatan kita terlihat oleh Allah sampai setiap getaran jiwa dan perasaan.
Namun ayat ini juga membawa kegembiraan bagi para mukminin dan shalihin yang rindu kepada Allah. Melewati hari – harinya dalam musibah atau dalam kenikmatan. Tujuan utama kehidupan telah mereka pahami bahwa tujuan utama seluruh kehidupan keturunan Adam ini adalah berujung pada perjumpaan dengan pencipta.
Saksikan semua kejadian di muka bumi, berupa musibah, kenikmatan, kesedihan, kegembiraan, siang malam, besar kecil, kaya miskin, apapun itu semuanya akan sirna dan fana, tetap akhirnya adalah perjumpaan dengan Allah. Inilah yang masih dan yang akan datang kepada kita dan tidak akan ada yang tidak terjadi dan pasti terjadi. Hadirin – hadirat, beruntunglah mereka yang cita – citanya sampai kepada puncak cita – citanya. Inilah puncak dari cita – cita dan inilah akhir dari semua kehidupan karena semua kehidupan apapun yang terjadi, akhirnya perjumpaan dengan Allah. Maka ia memahami kehidupan setelah kehidupan ini akan muncul kepadanya.
Sebagaimana ia datang ke muka bumi sebelum ia tiada, ia tidak tahu sebelumnya ketika ia belum lahir ia tidak ada perasaan bahwa ada di bumi dari mana datangnya. Hadirin – hadirat, aku dan kalian ada di muka bumi yang sebelumnya tidak pernah ada dan demikian pula kelak kita akan wafat dan berjumpa dengan Allah.
Dan Allah Swt berfirman didalam hadits qudsiy
“man ahabba liqa’i ahbabtu liqa’ahu” barangsiapa yang rindu berjumpa dengan-Ku, Aku pun rindu berjumpa dengannya.
Maka ketika seorang hamba melewati hari – harinya dengan kerinduan kepada Penciptanya Yang Maha Indah, maka ketahuilah ia sudah dirindukan Allah. Maka Allah jadikan hari – harinya indah, diperindah oleh Allah dengan Keridhoan dan Kasih Sayang-Nya, ia melewati kehidupan di muka bumi dengan sedemikian banyak Rahmat dan akan mendapatkan lagi Rahmat yang sedemikian agung dan abadi.
Sampailah kita ke dalam hadits mulia yang disampaikan oleh Sayyidina Abdullah Ibn Abbas radhiyallahu anhuma yang melihat seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw bahwa ibundanya wafat,
“ya Rasulullah, inna ummiy maatat wa alaiha shaumu syahrin afa-aqdhihi anha?” wahai Rasulullah, ibuku wafat ia masih mempunyai hutang puasa 1 bulan, apakah aku membayarnya untuk ibuku?,
maka Rasul berkata
“na’am, fadainullah ahaqqu an yuqdha” betul, karena hutang kepada Allah itu lebih berhak untuk ditunaikan daripada hutang kepada makhluk.
Hadirin, pemahaman kita disini bahwa semua yang tertinggal daripada apa – apa yang telah diperintahkan oleh Allah, jangan lupa membayarnya. Mereka yang barangkali tahun – tahun yang lalu lepas dari beberapa hari puasa Ramadhan, inilah waktunya, mumpung masih bulan Sya’ban maka tunaikanlah. Demikian pula yang meninggalkan shalat sekian lama dan itu menjadi hutang baginya. Jika ia mampu maka jadikanlah pembayaran hutang – hutangnya kepada Allah ia dahulukan daripada hutangnya kepada makhluk.
Muncul pertanyaan kepada saya,
“bagaimana dengan orang yang lama tidak melakukan shalat, apakah ia wajib membayar kesemuanya?”.
Tentunya itu hutang kepada Allah, namun membayarnya pun wajib, namun Allah Swt itu adalah semulia – mulia dan sebaik – baik dari semua yang dihutangi. Semampu kita, ya kita penuhi. Jika kita tidak mampu, maka tentunya Allah tidak memaksa kecuali sesuai kemampuan kita. Sebagaimana firman Allah Swt menjelaskan ketika seseorang dihutangi oleh orang lain,
maka Allah Swt berfirman.
” lihat sampai orang yang berhutang itu mempunyai kemampuan”.(QS Al Baqarah 288)
Orang yang mampu bayar tentunya boleh ditagih, kalau tidak mampu bayar jangan ditagih. Demikian hadirin – hadirat, firman Allah Swt. Kalau itu sesama makhluk, lebih – lebih lagi Allah Swt. Hamba – hamba yang tidak mampu membayar hutang – hutangnya, mustahil Allah akan menagihnya, tapi kalau Allah melihat hamba-Nya sudah berusaha membayarnya, namun sampai ia wafat belum terselesaikan hutang – hutang kepada Allah. Niscaya Allah-lah Yang Maha Memaafkan hutang lebih dari semulia – mulia yang memiliki hutang dan yang dihutangi. Dialah Rabbul Alamin.
Oleh sebab itu mereka yang mempunyai hutang puasa di tahun – tahun yang lalu, masih ada kesempatan untuk men-qadha-nya.Mengenai shalat, misalnya kita punya banyak hutang shalat yang lalu – lalu, sekian banyak bisa diperhitungkan kira – kira berapa. Gabungkan dengan shalat sunnah agar tidak menyulitkan. Boleh sendiri (terpisah dari shalat sunnah), tapi kalau mau digabung shalat sunnah dengan qadha (pun bisa), sebagian ulama (Al Imam Syafi’i) membolehkannya. Biasanya kita suka shalat sunnah apa? Sunnah qabliyah dhuhur 4 rakaat bisa digabung dengan qadha dhuhur yang lalu. Biasanya qabliyah dhuhur 4 rakaat ba’diyah dhuhur 4 rakaat (misalnya) bisa qadha shalat dhuhur yang lalu – lalu. Bisa digabung asalkan rakaatnya sama. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, ini bisa mempermudah bagi kita.
Syari’ah ini mudah dan lebih mudah lagi bagi kita kalau memahaminya. Semakin kita mendalaminya, semakin mudah. Semakin kita tidak memahaminya maka semakin sulit. Hadirin – hadirat, demikian penyampaian dari Nabi kita Muhammad Saw.
“Fadainullah ahaqqu an yuqdha” hutang kepada Allah itu lebih berhak untuk ditunaikan daripada hutang kepada makhluk.
Dan Allah Swt tidak pula mempermasalahkan sisa – sisa hutang hamba-Nya selama hamba-Nya tidak mampu membayarnya. Sebagaimana diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, Rasul saw bersabda:
“Ana awla bil mu’minina min anfusihim” aku (Nabi saw) lebih layak didahulukan bagi orang mukmin dari diri mereka sendiri. Maka barangsiapa yang mempunyai harta waris, jika ia wafat maka harta itu untuk ahli warisnya, kata Sang Nabi saw. Namun bila ia memiliki hutang dan tidak mampu membayarnya, datang padaku dan aku ayang akan membayarnya.
Demikian indahnya,Nabi kita Muhammad Saw. Kalau setiap muslim, setiap mukmin, Rasul saw lebih berhak dari diri mereka sendiri. Berarti harta warisnya sebelum ke ahli warisnya, mestinya ke Nabi saw terlebih dulu, namun Nabi Saw berkata:
“kalau ada harta maka untuk ahli warisnya, sedangkan jika ada hutangnya datang padaku maka aku yang akan membayarnya”.
Demikian indahnya Sayyidina Muhammad Saw.
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam Fathul Baari bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan bahwa kejadian ini adalah setelah Fatah Makkah. Sebelum Fatah Makkah, Rasul saw tidak mengucapkan ini dan beliau saw berusaha agar para Sahabat tidak mendiamkan jenazah dikuburkan sebelum hutangnya dibayarkan, dengan cara Rasul saw tidak mau menyolatkannya. Rasul saw tidak mau menyolatkan orang yang masih mempunyai hutang, bukan karena dosanya, tapi agar orang – orang disekitarnya sadar dan membayar hutangnya, baru bersegera menyolatkannya. Demikian yang dimaksud.
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa fattah setelah tidak adanya harta ghanimah untuk muslimin. Kalau muslimin sudah tidak punya lagi kas harta untuk muslimin, yang sering dipakai untuk orang yang meninggal, tidak punya uang untuk membayar hutangnya. Tidak ada lagi kas muslimin (misalnya di masa sekarang). Tidak ada lagi yang namanya Baitul Maal. Harta yang dikhususkan untuk muslimin yang tidak mampu, apakah ia wafat tidak terbayar hutangnya.
Apakah ia dihimpit bumi? Al Imam Ibn Hajar mengatakan“tidak”. Karena dosa itu bagi orang yang mampu membayar hutangnya tapi tidak membayar hutangnya maka dihimpit bumi. Bagi yang tidak mampu, tidak ada siksa bagi mereka. Itu muncul di masa Baitul Maal. Seandainya Baitul Maal masih ada, orang susah hidupnya tenang. Jika ia wafat, tidak bisa membayar hutangnya, Baitul Maal yang bayar hutangnya. Tentunya mustahil Allah akan memaksa hamba – hambaNya lebih dari kemampuannya. Demikian hadirin – hadirat, indahnya tuntunan Sayyidina Muhammad Saw. Dan itu beberapa hal yang perlu kita jelaskan. Oleh sebab itu waktu – waktu sekarang ini, kita bisa merenungkan jawabannya. Hutang – hutang kita kepada Allah berupa dosa, berupa kenikmatan, berupa kemuliaan dan anugerah yang Allah berikan kepada kita.
Ketika Nabiyullah Yusuf alaihi salam, bertanya kepada Allah Swt
“wahai Allah bagaimana mengucap syukur kepada-Mu? setiap hari aku bersyukur kepada-Mu atas kenikmatan ini, aku teringat lagi bahwa perbuatan syukurku harus disyukuri juga, Karena perbuatan syukurku itu adalah hidayah dari-Mu, maka bagaimana cara aku bersyukur?”.
Maka Allah Swt menyampaikan kepada Nabiyullah Yusuf bahwa perbuatan syukur adalah merasa masih tidak mampu bersyukur, itu adalah syukur. Hakikat syukur adalah senang saat bersyukur lalu merasa tidak mampu melaksanakan hakikat syukur yang sebenar – benarnya, itulah syukur.
Maka berkata Nabiyullah Yusuf alaihi salam:
“Subhana man ja’alal ‘ajzi ‘an syukrihi syukro” Maha Suci Allah yang telah menjadikan lemahnya seorang hamba untuk bersyukur sebagai hakikat syukur.
Kita bersyukur kepada Allah atas kehadiran kita disini dan kita meminta kepada Allah agar selalu diberi petunjuk selalu untuk berbuat syukur lagi.
“La insyakartum la aziidannakum wa la inkafartum inna a’dzabii lasyadiid”
Maha Suci Allah yang menjadikan perbuatan syukur dalam kenikmatan membuat kenikmatan bertambah lagi, bukan berkurang.. Kita lihat bagaimana indahnya Rabbul Alamin yang mendorong kita untuk selalu dekat kepada-Nya. Kalian lihat kenikmatan yang kalian dapat wahai hamba-Ku,? (kita jawab) : aku lihat Wahai Allah, aku lihat betapa indahnya kenikmatan ini.(maka seakan Allah menjawabnya sebagaimana ayat diatas) Berterima kasihlah pada-Ku, akan Ku-tambahkan kenimatan itu.
Bukan dipermasalahkan, bukan dipertanggungjawabkan, bukan dipersulit tapi ditambah lagi kalau bersyukur. Kalau dipermasalahkan, berarti itu adalah bagi tidak bersyukur. Kalau bersyukur ditambah lagi kenikmatannya. Supaya apa? supaya bersyukur lagi, karena Allah senang hamba-Nya mendekat pada-Nya. Semakin hamba-Nya bersyukur mendekat pada-Nya dengan tentunya ia akan semakin jauh kepada kemurkaan Allah dan semakin jauh dari api neraka. Itulah yang dikehendaki Rabbul Alamin. Ini kenimatan, bersyukur, tambah lagi, bersyukur, tambah lagi, terus dan terus kenikmatan Allah sampai kau tidak mampu lagi bersyukur. (seakan Allah berkata sebagaimana memperjelas ayat diatas) Hamba-Ku sekarang sudah bukan waktunya bersyukur, tapi bersabar. Kenapa? karena ia tidak mampu mengikuti tangga – tangga kenikmatan untuk terus menempuh tangga – tangga syukur.
Kalau ia mampu melewati tangga – tangga ini maka segala baginya yang bersabar. Waktunya bersabar sekarang, kenapa? karena ia tidak mampu bersyukur atas
kenikmatan yang datang kepada kita.
Seraya berkata Nabiyyuna Muhammad Saw:
“walau ya’lamuunannasi maa fiinnidai wasshaffil awwal, wala yajiduu illa an yastaihumuu, lastahamuu alayh,”
Demikian riwayat Shahih Bukhari. Rasul saw bersabda:
“kalau manusia itu tahu betapa banyak anugerah dahsyat,agung, besar, mulia yang ada pada orang – orang yang melakukan adzan, iqamah dan shalat pada shaf pertama”. Dan mereka itu kalau seandainya mau mendapatkan duduk di shaf pertama, harus dengan diundi terlebih dulu. Maka mereka akan mengundinya agar di shaf awal.
Dengan melakukan pengundian, supaya mendapatkan shaf pertama karena tahu betapa mulianya kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang yang shalat di shaf pertama dan orang yang melakukan adzan. (Dan beliau meneruskan haditsnya)
“Law ya’lamuuna ma fittahjiiri lastabaquu alayh, Kalau seandainya manusia tahu betapa agung dan dahsyatnya pahala bagi orang yang keluar di waktu dhuhur untuk shalat dhuhur berjamaah, mereka akan berlomba – lomba untuk mencapainya”.
Siang di waktu dhuhur di Madinah Al Munawwarah seperti apa panasnya? Paginya disana adalah terik panasnya kita, siang disini dhuhur sepanas- panasnya, kalau disana baru pukul 9 pagi panasnya, bagaimana panas waktu dhuhur disana?
Rasul saw berkata:
“kalau seandainya mereka tahu betapa agungnya pahala yang Allah berikan pada keringat – keringat yang menetes saat menuju shalat berjamaah di waktu dhuhur dan dari panasnya matahari, mereka akan berlomba – lomba untuk mencapainya”. “Law ya;lamuna fil’ atamati wasshubhi la ataw humaa walaw habwan,Kalau seandainya manusia itu tahu, apa kemuliaan, keagungan yang Allah berikan”.
Kasih Sayang Ilahi, keberkahan hidup dan keberkahan yang disimpan Allah pada shalat isya’ dan shalat subuh. Perbuatan mendatangi shalat berjamaah, jauh dari api neraka kalau mereka tahu kemuliaan ini tersimpan oleh Allah dan keberkahan rizki yang ada di waktu isya dan waktu subuh, niscaya mereka akan datang walaupun dengan merangkak. Kenapa? karena hal yang sangat besar.
Rasul saw mengajarkan kita untuk mengerjakan hal – hal yang menguntungkan kita dalam keberuntungan dunia dan akhirat, kemudahan dunia dan akhirat, kebahagiaan dunia dan akhirat, itulah tuntunan Sayyidina Muhammad Saw. Seraya bersabda diriwayatkan didalam Shahih Bukhari:
“almuslim man salimal muslimuuna min lisaanihi wayadih” orang – orang muslim yang baik adalah orang muslim yang selamat dari muslim lainnya yaitu dari lidahnya atau ucapannya dan gangguan tangannya.
Kalau orang muslim lainnya terganggu dengan ucapan (seperti ghibah, cacian, fitnah) atau dengan tangan ini (bisa memukul, bisa memegang senjata, bisa membayar orang untuk menyusahkan orang lain) bisa dengan hartanya, bisa dengan sms. membuat susah orang lain, membuat sedih orang lain.
Hal seperti ini Allah Swt menyampaikan:
“muslim yang sempurna itu adalah muslim yang muslim lainnya tidak terganggu oleh lidah dan tangannya, wal muhajir man hajara maa nahallahu ‘anhu”.
Karena orang – orang yang berhijrah itu, kita tahu hadirin itu hal yang sangat mulia daripada kumpulan para sahabat radhiyallahu anhum dari muhajirin dan anshar. Bagaimana caranya mencapai sebagaimana kita dikelompokkan bersama mereka di hari kiamat? Rasul saw mengabarkan bagi kita untuk bisa bersama mereka. Apa? Orang yang berhijrah itu adalah orang yang meninggalkan apa – apa yang dilarang Allah darinya. Setiap kali ia mempunyai sesuatu yang dilakukan dari hal yang dilarang Allah dan ia segera meninggalkan. Saat itulah engkau sedang hijrah kepada Allah. Hijrah bersama Muhajirin dan Anshar. Orang yang selalu berjuang di masa hidupnya, semampunya untuk meninggalkan hal – hal yang dilarang oleh Allah maka ia Insya Allah dikumpulkan bersama Muhajirin Anshar dan Nabi kita Muhammad saw.
Rasul memaknai semua perbuatan baik adalah kemuliaan. Seraya bersabda:
“kullu ma’rufin shadaqah” sungguh semua perbuatan baik itu mendapatkan pahala shadaqah ,
Demikian riwayat Shahih Bukhari. Apa saja? berbuat baik kepada kerabat adalah shadaqah, ucapan baik adalah shadaqah, mendoakan orang lain mendapatkan pahala shadaqah. Maka Rasul saw menggabung kesemuanya dengan ucapan yang mulia “kullu ma’rufin shadaqah” semua perbuatan baik itu mendapatkan pahala shadaqah. Demikian indahnya setiap perbuatan baik itu mendapatkan pahala.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari tentang kejujuran 2 orang mukmin. 1 orang membeli tanah. Setelah dibeli, ditemukan di tanah itu terdapat pendaman emas. Datang kepada orang yang memiliki tanah sebelum ia beli. “Ini emas, aku temukan di tanahmu, ini milikmu”, “ya sudah itu milikmu”. Kalau zaman sekarang tidak seperti itu “ohh..iya milikku itu” . Di zaman itu, orang ini diceritakan oleh Nabi saw, “itu milikmu, karena kau sudah membeli tanahnya”, maka orang yang membeli jujur juga seraya berkata “aku membeli tanah, tidak beli emas maka ini emas milikmu”. Maka pemilik tanah sebelumnya berkata “aku juga tidak menjual emas, aku menjual tanahku, silahkan ambil saja karena tanah itu sudah menjadi milikmu, yang aku miliki adalah tanahnya”, maka mereka datang kepada Hakim.
Zaman sekarang, adakah kira – kira yang mnegadukan masalah seperti ini. Ribut dengan emas yang ditemukan di tanah yang diperjualbelikan. Zaman sekarang tidak ada, tapi Insya Allah muncul kembali dengan generasi – generasi para pecinta Sayyidina Muhammad Saw. Sampai ke Hakim, Hakim sendiri bertanya “kalau begitu emas ini menjadi milikmu karena ditemukan di tanah yang kau beli”,pembeli berkata “aku membeli tanah tidak membeli emas”. Maka pemilik tanah pertama berkata“aku menjual tanah dan emas itu bukan milikku juga”.
Maka akhirnya Hakim bertanya “ya sudah kalau begitu kau punya anak laki? Ya ada; dan kau punya anak perempuan? Ya ada. Nikahkan dan sedekahkan emas ini untuk anak kalian”. Selesailah sudah masalahnya. Demikian riwayat Shahih Bukhari.
Hadirin – hadirat, sikap seperti ini tampaknya adalah cerita yang lucu, tapi sebenarnya hal seperti ini membawa airmata bagi kita bahwa Sang Nabi saw menceritakannya dengan harapan apa? Dengan harapan muncul jiwa – jiwa seperti itu pada umatnya dan harapan itu ada pada diriku dan dan kalian dan semua wajah umat Muhammad saw. Semoga Allah Swt memunculkan generasi baru yang baik sebagai kebanggaan bumi ini dan sebmoga Allah Swt mensukseskan daripada semua yang memperjuangkan dakwah Sang Nabi saw.
Disini ada guru kita yang kita muliakan Al Habib Hud Al Athas matta’anallahu bihi, semoga Allah memanjangkan usia beliau dan dilimpahi keberkahan dan juga mereka yang memperjuangkan dakwah Nabi Muhammad Saw, semoga dilimpahi pertolongan oleh Allah Swt dan semua niat – niat kita didalam menjalankan dakwah ini, semoga dipermudah oleh Allah Swt, disingkirkan dari segala musibah dan rintangan, terhindar dari segala kesulitan. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram, Ya Dzaththauli wal in’am, inilah kami yang bermunajat kehadirat-Mu yang penuh dengan hutang dosa dan kenikmatan kepada-Mu, namun apa yang kami perbuat muncullah keinginan didalam jiwa kami untuk selalu bersyukur kepada-Mu, selalu membayar dosa – dosa kami dengan istighfar, kalau dengan istighfar kami tidak bisa membayar dosa, namun paling tidak munculkan keinginan pada jiwa kami untuk beristighfar, untuk menyesali dosa – dosa kami. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram Ya Dzaththauli wal in’am, lihatlah keadaan kami masing – masing pribadi hadirin – hadirat yang hadir, pandanglah jiwa kami dan segala yang hina dari kami perbaikilah menjadi baik dan segala yang baik tambahlah kebaikannya. Pandanglah setiap kehidupan kami yang dalam kesusahan, Rabbiy perbaiki keadaan kami, yang dalam kemudahan tambah kemudahannya. Ya Rahman Ya Rahim pandanglah setiap sanubari hadirin – hadirat yang dalam kesedihan, berikan kesejukan, berilah kedamaian, berilah ketenangan, berilah kegembiraan. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram, keadaan kami yang masih dalam kesulitan perbaik dan tambahkan. Jadikan malam ini malam Rahmat, jadikan malam ini malam inayah, jadikan malam ini malam pengampunan, jadikan malam ini malam terijabahnya doa, jadikan perkumpulan ini perkumpulan yang diberkahi mendapatkan Rahmat-Mu yang tidak terhenti hingga kami menghadap-Mu di yaumal qiyamah. Ya Rahman Ya Rahim, inilah doa dan munajat, inilah kami bermunajat, jangan kecewakan tangan penuh dosa untuk kehadirat -Mu. Namun kami yakin, sejak tangan ini turun dari munajat, ia tidak akan terkecewakan kecuali dengan pengampunan dan ijabah atas semua doa – doa kalian.
Semoga Allah Swt melimpahi keberkahan bagi kita di bulan sya’ban dan menyampaikan kita ke bulan Ramadhan. Jangan hanya sampai pada Ramadhan tapi sampai pada kesempurnaan ramadhan. Limpahi kami dengan cahaya kemuliaan ramadhan, Ya Rahman Ya Rahim kita sama – sama merenungkan bagaimana indahnya ramadhan. Tafadhol masykura.
Sebagaimana muncul pertanyaan apakah majelis ini diliburkan di bulan ramadhan? Majelis ini tidak ada liburnya, Insya Allah. Yang punya kesibukkan tentunya silahkan saja jika mau meliburkan diri, tapi majlis kita terus berlanjut, namun barangkali waktunya disesuaikan. Kira – kira dimundurkan sekitar 15 minit atau bagaimana nanti diumukan oleh pengurus malam selasa datang. Dan juga hadirin – hadirat, perlu saya umumkan bahwa Majelis Rasulullah Saw memproduksi helm . Bukan maksud saya lain tapi ini pesan dari Bapak Kapolda, beliau sempat mengundang saya ke polda untuk mengumumkan ke jamaah yang sering tidak memakai helm dan beliau sendiri tidak terkecuali dengan baik ingin membenahi dan membantu dakwah Majlis Rasulullah Saw. Himbauan ini disampaikan oleh Bapak Kapolda yang terus membantu setiap acara – acara syiar kita dan setiap malam minggu mendukung acara – acara majelis kita. Kita berterima kasih kepada Bapak Kapolda yaitu bapak wahyono, semoga dilimpahi keberkahan oleh Allah Swt.
Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh